Minggu, 08 Mei 2011

Menyaksikan Kembali Sejarah Jakarta di Museum Fatahillah



Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah dibangun pada tahun 1620, dengan menempati areal seluas 13 ribu meter persegi. Bangunannya bergaya arsitektur kuno abad ke-17 yang terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Dahulu, pada jaman VOC, gedung ini bernama Stadhuis atau Stadhuisplein yang digunakan oleh pemerintahan Belanda sebagai gedung Balaikota, puasaat pemerintahan Belanda saat masih berkuasa di Indonesia hingga akhirnya pada tanggal 30 Maret 1974 oleh pemerintah Indonesia, gedung ini kemudian diresmikan sebagai museum Fatahillah.
Terletak di Jalan Taman Fatahillah Noo.2, Jakarta Barat, museum ini mmenyimpan banyak hal yang bisa diceritakan dari masa lalu. Mulai dari perjalanan sejarah Jakarta, hasil penggalian arkeologi di kawasan Jakarta, mebel antic dari abad ke-18, keramik, gerabah, hingga batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruangg, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung dan Ruang MH Thamrin. Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatic dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes yang tadinya terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis.
Di masa lalu, selain berfungsi sebagai Balaikota, bangunan ini juga dijadikan sebagai penjara. Terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulunya digunakan untuk menjebloskan orang-orang yang melanggar aturan hukum pemerintah Hindia Belanda. Konon, pejuang-pejuang Indonesia seperti Pangeran Diponegoro, pernah menghuni penjara ini. Tanah lapang di depan bangunan Museum Fatahillah, merupakan saksi bisu tempat dilaksanakannya eksekusi hukuman gantung bagi ribuan orang Cina yang terlibat dalam pemberontakan melawan Belanda tahun 1740.
Museum Fatahillah hanyalah salah satu di antara makin langkanya bangunan tua dan bersejarah di Ibu Kota yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Belanda saat itu. Bangunan Museum Fatahillah ini menoreh banyak kenangan bagi mereka yang pernah tinggal, maupun yang hanya singgah di Jakarta tempo dulu. Hingga kini museum ini masih dikunjungi. Tak hanya oleh wisatawan local, namu juga oleh wisatawan mancanegara, khususnya wisatawan Eropa.


sumber : Buku SLTP Kelas 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar